Oleh: Subekti Masri
Perkembangan tehnologi komunikasi massa mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan mudahnya berhubungan dengan orang yang berada di negara lain. Jarak yang dulunya terasa amat jauh, kini sudah terasa amat dekat dengan hadirnya alat telekomunikasi. Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dengan mudah dan cepat diketahui.
Selain informasi dan peristiwa yang cepat, juga masyarakat dengan mudahnya mendapatkan pilihan informasi. Sekarang ini, banyak pilihan informasi yang didapatkan seperti informasi dari pers seperti surat kabar dan majalah, juga dari media elektronik seperti radio dan telervisi, bahkan sekarang ini muncul jaringan internet yang memberikan informasi yang beragam dan mendunia.
Semakin cepatnya arus informasi, semakin beragamnya media yang ada dan semakin mudah mendapatkannya, pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Ziauddin Sardar dalam bukunya Tantangan Dunia Islam Abad 21 bahwa informasi yang dijajakan sekarang ini, merupakan suatu rahmat bagi umat manusia. Hal ini dapat dilihat di televisi, surat kabar, dan majalah-majalah yang mewah.
Untuk mendapatkan informasi atau berita, maka ini adalah tugas seorang wartawan (jurnalis). Kegiatan jurnalistik, telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Surat ajakan masuk Islam kepada Kaisar Persia, merupakan suatu kegiatan jurnalistik, lebih dari itu pembukuan al-Quran yang kita kenal dengan mushaf dalam perspektif jurnalistik, al-Quran adalah karya jurnalistik juga, yakni diformat dalam buku yang isinya firman-firman Allah SWT. Demikian pula, termasuk karya jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan hadis seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dan sebagainya. Semua kegiatan ini adalah profesi seorang wartawan (jurnalis).
Profesi sebagai wartawan (jurnalis) dalam masyarakat sangatlah penting, sama pentingnya dengan peran yang dimainkan oleh para ilmuwan, cendikiawan dan para ulama. Seorang wartawan harus memberikan informasi yang akurat, lengkap, jelas, jujur serta aktual, dan juga dapat memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan dan transformasi. Selain itu wartawan pula harus mempertanggungjawabkan berita yang didapatkannya. Meskipun pekerja jurnalistik memiliki kebebasan, namun tidak dapat terlepas dari tanggungjawab.
Oleh karena itu yang dibutuhkan seorang wartawan adalah kejujuran. Kejujuran dalam mengumpulkan data, mengola dan menyajikan berita, sehingga wartawan harus memahami tentang etika dalam jurnalistik.
Seorang wartawan yang melebih-lebihkan sebuah berita dengan maksud untuk membuat berita itu lebih heboh dan sensasional merupakan pelanggaran etis. Wartawan yang dengan mudah tergoda untuk memperuncing fakta-fakta dengan menghilangkan sebahagian berita, menfokuskan suatu detail yang kecil tetapi menyentil, atau dengan memancing kutipan-kutipan yang provokatif, yang tujuannya bukanlah untuk mengatakan suatu kebenaran melainkan untuk menarik perhatian. Wartawan seperti inilah yang melanggar etika dalam jurnalistik.
sumber : http://datastudi.wordpress.com/2011/09/18/etika-jurnalistik-dalam-pandangan-islam/
sumber : http://datastudi.wordpress.com/2011/09/18/etika-jurnalistik-dalam-pandangan-islam/
0 komentar:
Posting Komentar